Twitter

Konsul Jenderal Jepang : Potensi Pertanian Organik Di Sumut Cukup Besar

Author Unknown - -
Home » Konsul Jenderal Jepang : Potensi Pertanian Organik Di Sumut Cukup Besar




Konsul Jenderal Jepang di Medan Yuji Hamada foto bersama dengan Ketua Yayasan Paras Effendi Lubis (kiri), Ketua JKMA Suloh Tamiang Aceh Abdul Manaf (dua kiri), Ketua Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusiawi Bina Insani Janri P Damanik dan Konsul Muda Jepang Suzuki usai menandatangani MoU di kediaman Konjen Jalan Cut Nyak Dhien Medan Rabu (20/2) (Berita Sore/Laswie Wakid)
MEDAN (Berita): Konsul Jenderal Jepang di Medan Yuji Hamada menegaskan potensi pertanian organik di Sumatera Utara cukup besar karena sampah atau limbah hewan dan tanaman cukup banyak di daerah ini.
Yuji Hamada mengatakan hal itu di sela penandatanganan Grant Contcract dan MoU program Grant Assistance for Grassroots Human Security Projects dengan tiga institusi di kediamannya Jalan Cut Nyak Dhien Medan RabU (20/2) siang tadi.
Menurut dia, sampah di Sumut cukup banyak. Jika dihitung kasar, jumlah penduduk Medan sekira 3 juta orang maka mampu menghasilkan sampah yang berlimpah karena memang tidak ada pengelolaan kembali sampah-sampah tersebut. "Banyaknya sampah itu membuat sampah di Indonesia bahkan terbanyak di dunia," katanya.
Beda dengan di Jepang, katanya, sampahnya tidak ada. Sebab sampah bernilai 'emas', semua sampah didaur ulang kembali menjadi bahan jadi seperti baju dan sebagainya.
Sementara untuk di Sumut, jelasnya, kondisi sampah nabati dan hewani yang membubung itu bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik atau kompos yang kemudian tanamannya dikenal sebagai tanaman organik dan harganya mahal. Bermula dari hewan yang mengeluarkan kotoran ditambah sampai tumbuh-tumbuhan bisa diubah menjadi pupuk kompos.
Pupuk itu diberikan kepada tanaman dan hasilnya dikonsumsi manusia sebagai tanaman organik yakni tanpa pestisida dan bahan kimia lainnya. Bisa juga kotoran ayam langsung dikonsumsi oleh ikan-ikan di kolam dan kotoran sapi bisa jadi biogas.
Ada pula ikan dan hewan yang memakan tanaman organik dan otomatis hewan tersebut juga jadi hewan organik, rasa dagingnya enak dan sehat. Di Jepang, untuk komoditi organik dibuat label dan sertifikasi khusus karena harganya yang mahal sekali. Padahal bahan bakunya seperti pupuk kompos cukup murah."Di Jepang tidak banyak sampah karena semua sampah bisa didaur ulang kembali," jelasnya.
Ia menambahkan ada satu kota di Jepang yakni Tochigi sekira 100 km dari utara Tokyo, penduduknya sekira 500 KK tapi kota ini terkenal dengan sistem organik. Dari hewan dan tumbuhan semuanya diproses secara organik. "Inilah yang disebut pertanian integrated atau terpadu. Di Sumut juga bisa menerapkan integrated agricultur dengan hasil tanaman dan hewan organik karena bahan baku sampah banyak dan biayanya murah," katanya.
Untuk menerapkan pertanian terpadu atau Integrated agricultur menurut Yuji, bisa melalui model farm, dimana pelatih (trainer) sebanyak 20-25 orang dilatih selama tiga bulan. Kemudian mereka terjun ke tingkat kabupaten/kota masing-masing melatih juga sebanyak 20 orang juga. Hasil pelatih di tingkat kabupaten terjun juga ke tingkat kecamatan dan masing-masing melatih juga sebanyak 20 orang sampai akhirnya mereka menerapkan ilmu organik itu di tingkat petani.
"Dengan sistem model farm ini makin banyak orang dilatih untuk mengetahuidan menerapkan sistem pertanian terpadu yang menghasilkan tanaman organik," katanya.
Oleh karena itu, Yuji sangat konsen terhadap bantuan Jepang kepada Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusiawi Bina Insani untuk Proyek Renovasi Pusat Latihan Tanaman Organik di Pematangsiantar. Jepang membantunya 99.252 dolar AS atau sekira Rp900 juta. (wie)
Bantu Rp 2,3 Milair Untuk Pertanian Dan Sekolah Di Sumut-Aceh
Pemerintah Jepang melalui Konsulat Jenderalnya di Medan memberikan dana sebesar 259.591 dolar AS atau sekira Rp 2,3 miliar untuk pengembangan pertanian dan sekolah di dua provinsi yakni Sumut dan Aceh.
Bantuan hibah itu diberikan kepada Yayasan Jaringan Komunitas Masyarakat Adat (JKMA) Suloh Tamiang untuk proyek penambahan ruang belajar MTs Al Ikhlas Blang Kandis, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh sebesar 87.466 dolar AS atau sekira Rp800 juta.
Kepada Yayasan Penguatan Rakyat Pedesaan (Paras) untuk proyek pembangunan irigasi di Dusun Lubuk Rotan 1, Desa Teluk, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumut sebesar 72.873 dolar AS atau sekira Rp650 juta.
Kemudian untuk Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusiawi Bina Insani untuk Proyek Renovasi Pusat Latihan Tanaman Organik Yayasan Bina Insani di Kota Pematangsiantar sebesar 99.252 dolar AS atau setara dengan Rp900 juta.
Kontrak kerja bantuan hibah tersebut ditandatangani Rabu (20/2) di Medan oleh Ketua JKMA Suloh Tamiang Aceh Abdul Manaf, Ketua Yayasan Paras Effendi Lubis dan Ketua Yayasasn Pengembangan Sumber Daya Manusiawi Bina Insani Janri P Damanik dengan Konsul Jenderal Jepang di Medan Yuji Hamada dan Konsul Muda Suzuki di kediaman Konjen Yuji Hamada Jalan Cut Nyak Dhien Medan Rabu (20/2).
Konjen Yuji Hamada mengatakan kerjasama yang direalisasikasn tahun 2013 ini merupakan anggaran tahun 2012 dari total lima proyek sebagai refleksi dari kepedulian rakyat Jepang terhadap rakyat Indonesia di bidang pendidikan, lingkungan dan sosial.
Ia mengharapkan kerjasama ini dapat berjalan baik dan masyarakat di sekitar lokasi yang menerima bantuan seperti bidang pendidikan dapat menikati pendidikan dengan nyaman dan berkualitas.
Begitu pula untuk bantuan sarana irigasi, diharapkan masyarakat dapat mengolah lahan persawahan dan pertaniannya lebih maksimal sehingga hasil pasnen bisa meningkat dan hasil pertaniannya bisa bersaing di pasaran.
Untuk pusat pelatihan tanaman organik, Yuji mengharapkan keberadaannya mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi, mengembangkan dan membudidayakan tanaman organik yang sangat baik untuk kesehatan hidup manusia serta lingkungannya. "Dengan peningkatanpendidikan, peningkatan produksi dan kesehatan, masyarakat kaya yang sejahtera bisa diwujudkan," jelasnya. (wie)