Twitter

Hubungan Grid dalam Pembentukan Ideal City dengan Grid dalam Film Tron

Author Unknown - -
Home » Hubungan Grid dalam Pembentukan Ideal City dengan Grid dalam Film Tron


Hubungan Grid dalam Pembentukan Ideal City dengan Grid dalam Film Tron


Filed under: Uncategorized — ariestaokke @ 20:44
 “The greatest mistake in zoning is that it permits monotony, and leads to disintegration of environment” (Jacobs, 1967)
 Sebuah kota itu sendiri dapat dikatakan “teratur” dengan adanya grid jika dilihat dari atas, seperti halnya pada kota Chicago, AS. Namun demikian, bagaimana dengan perasaan serta pengalaman manusia yang berada di dalam grid tersebut? Konsep kesempurnaan kota dengan sebuah penataan kota berdasarkan grid diterapkan dan diadaptasi oleh film Tron. Bahkan grid tidak hanya diterapkan dalam skala besar yang menata area untuk jalan, bangunan, dan sebagainya seperti pada penataan dalam kota Chicago, namun juga dalam skala yang lebih kecil dan spesifik serta detail. Seperti misalnya pada area seperti lapangan yang dalam film ini dipergunakan untuk area fight satu sama lain. Penyusunan grid per elemen seperti ini membuat grid tidak lagi hanya dapat dilihat dari atas sebuah kota (God’s eye) tapi juga dapat dirasakan keteraturannya oleh manusia yang berada di dalam kota tersebut. Dalam film tersebut juga ditunjukkan bagaimana grid mempermudah dalam penentuan area mana saja yang akan diubah ataupun dihilangkan.

Inti dari film Tron ini adalah untuk menggambarkan suatu penciptaan alam yang kemudian dilakukan dalam konteks dunia yang sintetis atau dapat berubah-ubah. Dalam film ini diceritakan bahwa Kevin Flynn menciptakan dunia baru dengan membuat sebuah dunia yang tersusun oleh grid. Tujuannya membuat penataan seperti ini adalah untuk mencari sebuah kesempurnaan yang tidak ada di dunia nyata. Flynn mengatakan bahwa penciptaan grid akan mengubah segalanya, termasuk ide-ide serta pendapat manusia mengenai filsafat, agama, dan sebagainya. Hasrat pada dirinya untuk menciptakan dan mengatur dunia yang diciptakannya membuatnya bertindak seperti Tuhan, yang berarti telah mengubah prinsip dan pendapatnya mengenai agama.
 

Dalam film ini, semua hal yang dilakukan terasa begitu teratur. Manusia yang berada di dalamnya pun begitu teratur. “Manusia” yang berada di dunia grid ini dinamakan “program” yang aktivitasnya juga harus teratur serta kehadirannya di dunia grid juga diatur. Grid tidak hanya mengatur pola dan peletakan jalan, bangunan, serta elemen kota lainnya, tapi juga mengatur bagaimana aktifitas manusia di dalam grid yang lebih detail tersebut. Bagi program, keteraturan grid ini mungkin bukan suatu masalah karena “program” hanya sebuah program komputer seperti layaknya dalam video game, yang bisa diatur sesuka hati oleh user. Namun demikian, manusia bukanlah sebuah program komputer ataupun robot yang memiliki kekonsistenan aktivitas, karakter, cara kerja, cara hidup, dan sebagainya. Segala yang ada pada manusia dapat berkembang dan berubah, baik dari diri sendiri maupun lingkungan sehingga tidak selalu monoton pada satu hal.  Seperti halnya pada pembentukan kota yang pada akhirnya kota sendiri itulah yang akan merancang dan membentuk dirinya sendiri.
Dengan adanya grid yang lebih detail hingga ke skala yang lebih kecil seperti pada film Tron, aktifitas serta pergerakan manusia tentulah diatur oleh grid. Pada akhirnya manusia akan mengalami kesulitan ketika akan mengembangkan dirinya sendiri serta mencoba rutinitas, aktivitas serta kebiasaan yang baru. Dalam film ini, program dan user memiliki sebuah lempeng berbentuk cincin di punggung mereka yang terkoneksi dengan grid itu sendiri. Cincin ini berfungsi melacak keberadaan dan aktifitas programdan user di dalam grid. Karena keberadaan grid dalam cakupan yang lebih kompleks dan detil, keberadaan user dan program dalam grid menjadi mudah dilacak dan ditemukan. Eksis atau tidaknya mereka dalam dunia grid juga dipertaruhkan berdasarkan patuh atau tidaknya program serta userterhadap segala sesuatu yang telah diatur dalam grid. Misalnya ketika user ataupun programmelanggar peraturan, mereka akan dilacak dan dideteksi keberadaannya untuk langsung dihancurkan. Tentu saja dalam film ini eksis atau tidaknya program ataupun user mudah diatur karena cakupannya dalam dunia maya atau digital, bukan dunia nyata.
 

Masalah yang dialami oleh manusia yang berada dalam dunia digital grid juga dialami sendiri oleh pencipta dunia grid dalam film ini, yaitu Kevin Flynn. Film ini menunjukkan bahwa manusia memiliki hasrat untuk membebaskan diri dari sesuai yang telah diatur sedemikian rupa. Terdapat perpecahan tokoh Kevin Flynn menjadi tiga versi terpisah dari dirinya dalam grid yaitu Kevin Flynn asli, CLU, dan Tron. Ketiga karakter hanya aspek yang berbeda dari diri Flynn jika penciptaan atau regenerasi itu harus terjadi.   CLU merupakan sisi lain dari Flynn yang memiliki sifat yang ingin mengontrol segala sesuatunya, yang pada akhirnya merasa berkuasa karena telah menciptakan dunia digital grid dan dapat mengatur segalanya sesuka hati. CLU menganggap dirinya layaknya sebagai Tuhan yang menciptakan dunia kita saat ini. Flynn harus mengalahkan wujud yang merupakan sisi lain dari dirinya sendiri untuk mencegah timbulnya dunia dengan tirani absolut. Sifat dasar manusia yang memiliki beberapa emosi tidak fit diterapkan dalam grid sebagai utopia virtual yang begitu teratur. Hal ini membuktikan pendapat Jacobs yang sudah saya jabarkan di awal, bahwa grid bisa menimbulkan suatu disintegrasi, dalam hal ini disintegrasi sosial. 
Konsep sebuah kota ideal yang diadaptasi oleh film Tron menunjukkan bahwa kesempurnaan dan keteraturan hanya berujung pada sebuah utopia. Apakah dunia grid dalam film Tron merepresentasikan sebuah kota yang ideal? Terdapat dua pihak yang mempertentangkan bagaimana kota yang ideal dan sempurna. Kevin Lynch menyatakan bahwa, ”Ideal city reflects order, precision, clear form, extended, space, and perfect control”. Dengan demikian, sebuah kota ideal berisi segala sesuatu yang dianggap baik, bagus, indah, sempurna dalam pandangan umum. Dunia grid pada film Tron menunjukkan bahwa kesempurnaan, keteraturan, serta keindahan yang seharusnya menjadi ideal cityseperti menurut pendapat Kevin Lynch di atas, justru tidak ideal bagi manusia yang ada di dalam kesempurnaan tersebut.
Kota yang ideal bisa jadi tidak pernah ada karena tidak ada sesuatu yang sempurna serta belum tentu sesuatu yang sudah sempurna akan cocok bagi manusia yang tidak sempurna. Dalam hal ini, orderdianggap mewakili kesempurnaan dalam sebuah keteraturan sedangkan disorder sebaliknya. Dalam konteks perancangan, order dan disorder cenderung lebih dapat dilihat secara dua dimensi, bukan dirasakan secara ruang. Dalam perancangan kota, merancang dengan zoning, pola grid-grid yang beraturan sejak lama telah dilakukan. Seperti halnya pola grid pada film Tron teratur secara dua dimensi.

Pada dunia grid pada film Tron yang dirancang dengan order, keteraturan yang menciptakan suatu kesempurnaan merupakan harga mati yang mutlak dalam dunia digital grid ini. Justru kesempurnaan ini tidak cocok dengan manusia yang tidak selalu teratur dan monoton seperti robot, sehingga memicu untuk melakukan suatu disorder (suatu hasrat untuk keluar dari kemonotonan) yang kemudian akan diatasi oleh “pencipta grid” dengan cara yang order menurutnya (dengan pelacakan berdasarkan grid yang teratur) namun merupakan cara yang disorder menurut manusia di dalam dunia grid itu.
Order tidak selalu tidak buruk dan disorder tidak selalu tidak baik. Keduanya menghubungkan perjalanan sebuah kota untuk mendekati kondisi yang paling ideal di antara segala ketidakidealan. Kondisi yang paling ideal belum tentu merupakan kondisi yang sudah ideal karena tidak adanya kesempurnaan serta kesempurnaan yang belum tentu ideal bagi manusia. Seperti grid sempurna pada film Tron yang tidak sesuai dengan manusia yang selalu berubah-ubah  dan tidak sempurna. Grid dengan segala bentuk, seperti memusat atau indah atau teratur atau monoton, hanya sebuah wadah geometri yang bisa ditata berbeda-beda dan tetap sah-sah saja. Tidak ada bentuk mutlak yang dianggap ideal. Dunia digital grid sempurna di Tron menimbulkan kekacauan sosial di dalamnya yang menunjukan bahwa pada cerita fiksi ini, dunia grid yang menuntut kesempurnaan tidak ideal bagi manusia di dalamnya. Ya, ini adalah sebuah contoh pada cerita rekaan (fiksi), namun bagaimana pendapat Anda?

Jacobs, Jane. The Death and Life After America Cities. 1967.
http://www.geardiary.com/2010/12/08/gear-games-news-tron-evolution-bridges-the-gap-between-tron-and-tron-legacy/
http://herocomplex.latimes.com/2012/02/20/tron-uprising-an-early-look-at-disneys-return-to-the-grid/
http://bplusmovieblog.com/2011/04/15/tron-legacy-and-what-is-wrong-with-movies-today-part-2/
http://www.geardiary.com/2010/12/08/gear-games-news-tron-evolution-bridges-the-gap-between-tron-and-tron-legacy/
http://philsaunders.blogspot.com/2011/04/more-tron-legacy.html
http://mylifeinpdfs.blogspot.com/2011/02/response-historical-importance-of-grid.html
http://theageoftransitions.com/index.php/articlesbutton/89-tron-legacy-a-deep-review-of-the-grid